BAB II KARYA ILMIAH TENTANG GAMPING
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
Pemilik usaha batu gamping ini adalah Bapak Untung Subagyo. Menurut
beliau usaha ini meneruskan usaha dari orang tuanya. Pertama kali beliau
menggeluti usaha ini pada tahun 1997. Beliau lebih memilih usaha ini karena sudah
mengetahui omsetnya, dan tinggal meneruskan usaha dari orang tuanya, tanpa
mencari pelanggan dan bidang pemasarannyapun juga sudah ada. Usaha ini berada
di Desa Pelem, Watangrejo, Pracimantoro. Karyawan beliau pada saat itu adalah 5
orang dan sampai sekarang beliau masih
mempertahankan karyawannya sejumlah 5 orang tersebut tanpa menambahnya. Usaha
ini memproduksi gamping bukan setiap hari melainkan setiap bulannya 3 kali
produksi. Dan pencarian bahan bakunya tidak setiap hari melainkan sesudah
melakukan proses pembakaran.
B. Seluk-Beluk Batu Gamping
Batu gamping adalah suatu hasil pembakaran dari batu kapur. Pada umumnya
pengrajin batu gamping banyak terdapat di daerah kars batu kapur seperti di bagian selatan
Kabupaten Wonogiri. Salah satunya di Kecamatan Pracimantoro. Pengrajin di
tempat ini masih
menggunakan cara-cara yang tradisional untuk melakukan pembuatan batu gamping.
Batu gamping termasuk batuan
sediment. Terjadi secara organik, mekanik
atau secara kimia.
v
Organik :
pengendapan binatang karang/cangkang siput, foraminifera, koral/kerang
v
Mekanik : bahannya
sama dengan organik yang berbeda hanya terjadinya perombakan dari batu gamping
tersebut yang kemudian terbawa arus dan
diendapkan tidak terlalu jauh dari tempat semula.
v
Kimia : terjadi pada
kondisi iklim dan suasana lingk tertentu dalam air laut atau air tawar
Mata air mineral dapat juga
mengendapkan batugamping karena peredaran air panas alam yang melarutkan
lapisan batugamping di bawah permukaan yang
kemudian diendapkan di permukaan.
Reaksi
:
CaCO3
+ CaO + CO2
CaO + H2O
+ Ca(OH)2
Pengolahan
:
- Berwujud
bongkahan
- Digiling halus
- Dipanaskan/dibakar/
kalsinasi
Cara membedakan batu gamping dan
kalsit :
- Batu Gamping
v
Batu mentah yang dibakar
v
Apabila direndam dalam air
akan hancur
v
Mempunyai daya lekat
- Batu Kalsit
v
Batu mentah yang digiling
langsung
v
Jika direndam dalam air
akan mengendap
v
Tidak punya daya lekat
C. Alat dan Bahan Untuk
Membuat Batu Gamping
·
Alat
1.
Tobong atau tungku pembakar
2.
Drum
3.
Karung
·
Bahan
1.
Batu kapur 4 rit
2.
Kayu baker 3 rit
3.
Tanah liat
4.
Karet
D. Cara Pembuatan Batu
Gamping
Ø
Pertama-tama menyiapkan
tobong dan membersihkannya
Ø
Memilah batu kapur dan
mengelompokannya dari yang berukuran besar sampai yang berukuran kecil
Ø
Menyusun
bongkahan-bongkahan batu kapur di dalam tobong. Di bagian paling bawah batunya
berukuran besar dan semakin ke atas semakin kecil
Ø
Melumuri / melapisi bagian
permukaan batu kapur tadi dengan menggunakan tanah liat, supaya tidak ada
rongga atau lubang sekecil apapun
Ø
Kemudian melakukan proses
pembakaran dengan menggunakan kayu bakar. Proses pembakarannya dilakukan selama
dua hari dua malam agar mendapatkan hasil yang diinginkan
Ø
Setelah batu kapur tadi
matang atau menjadi batu gamping lalu dimasukkan ke dalam drum supaya tidak
terkena angin agar awet atau tahan hingga satu bulan. Rata-rata setiap kali
pembakaran menghasilkan 8,5 ton
Ø
Dimasukkan ke dalam karung
apabila sudah ada pengepul yang datang untuk membeli
E. Kegunaan Batu Gamping
Berikut ini adalah beberapa kegunaan
dari batu gamping di antaranya :
1. Batu
bangunan
Dipakai untuk pondasi jalan, rumah, bendungan. Biasanya dipakai Bahan
Galian Gamping yang keras dan pejal berhablur
halus dan mempunyai daya tekan 800-2500 kg/cm2.
2. Bahan
bangunan
Syarat : CaO+ MgO min 95 %, SiO2+Al2O3 +
Fe2O3 max 5%, CO2 3 %, 70 % lolos ayakan 0,85
mm.
3. Industri
kaca
Berfungsi sebagai Galian fluks dgn kadar 0,96% SiO2, 0,04 Fe2O3,
0,14 % Al2O3, 0,15% MgO, 55,8% CaO
4. Industri
bata silika
Syarat: 90% CaO, max 4,5% MgO, maksimal 1,5% Fe2O3+Al2O3,
maksimal 55,8% CO2
5. Industri
semen
Syarat: 50-55% CaO, maksimal 2% MgO, viskositas 3200 cp (40% H2O), 2,47 %
Fe2O3, 0,95% Al2O3
6. Pembuatan
karbit:
Bahan utama 60 % kapur tohor dan 40 % kokas.
Syarat: minimal
92% CaO, 1,75 % MgO, maksimal 1% Fe2O3 + Al2O3.
untuk kokas maksimal 5% Fe2O3, maksimal 0,2% S, maka 0,02
% P, hilang pijar 4 % maksima
l 2% SiO2. Khusus kokas kadar arang padat > 86%.
Kadar abu maksimal 12%, tidak rapuh, kadar air rendah.
Pembuatan karbit
: kokas dan kapur tohor dicampur dgn perbandingan 1,7 : 1 diaduk, kemudian
dibakar dalam tanur listrik dengan suhu. 2000 C. Hasil pembakaran dimasukan dalam tabung dengan.
reaksi:
CaO+ C + CaC2
+ CO
7. Pelicin
tablet
Syarat: berukuran –200mesh, kandungan CaCO3 98,5% sehingga merupakan
serbuk hablur putih tidak berbau dan tidak berasa, tidak mengandung arsen dan logam berat lainnya, susut kering
tidak melebihi 1% tidak mengganggu bahan aktif.
Pembuatannya
:
Formulasi tablet dicampur sesuai dosis + digiling granuler dan dikeringkan
+ digiling dan ditambah dengan CaC)3 + lubrication & dicetak & ditekan + didapat produk.
8. Peleburan
baja
Berfungsi sebagai Galian bahan imbuh (fluks). Silika dan alumina akan
bereaksi dengan bahan imbuh menjadi terak/slag yang mengapung terletak di atas lelehan besi baja, sehingga mudah
dipisahkan. Disamping itu bahan galian gamping dapat mengikat SO2
dan H2O.
Syarat: CaO minimal
52%, SiO2 maksimal 4%, Al2O3+Fe2O3
3%, MgO maksimal 3,5%, P maksimal 0,1%, Fe2O3 maksimal
0,65%.
9. Bahan
Pemutih kertas, pulpen, karet
Bahan galian gamping hablur murni digerus halus dengan syarat 98% CaCO3
dan PH > 7,8 dengan kehalusan 325 mesh mempunyai daya serap terhadap minyak warna putih
10. Industri
gula
Bahan galian gamping berfungsi menjernihkan nira tebu dan menaikan tebu.
Biasanya untuk
1000 kwintal tebu = 100 kg kapur tohor dengan syarat 0,2% H2), 0,2%
HCl, 55% CaO, 0,1% SiO2, 0,1% Al2O3,
0,4%
MgO, 43,6% CO2, 0,3% Na2OK2O.
F. Kendala Yang Dihadapi dan
Keluhan Dari Masyarakat Sekitar
Bapak Untung Subagyo dalam memperoleh bahan produksi memiliki kendala
yaitu pada saat musim penghujan. Pada saat itu cukup sulit memperoleh
bahan-bahan yang diperlukan karena kondisi jalan yang akan dilewati tidak dalam
kondisi yang baik. Saat musim penghujan jalanan menjadi becek dan lembek
sehingga truk pengangkut bahan-bahan produksi sulit melewatinya. Karena
bahan-bahan produksi itu diambil langsung dari persawahan yang akses jalannya
belum diaspal oleh pemerintah. Selain itu pada saat musim penghujan, kayu bakar
yang digunakanpun tidak terlalu kering. Sehingga dalam proses pembuatan batu
gamping memerlukan waktu yang lebih lama.
Solusinya adalah jalan-jalan yang becek tadi harap
diberi batu-batuan kecil hingga merata. Hal itu dilakukan supaya jalan tidak
licin pada saat dilewati truk, sehingga tidak akan selip.
Kendala yang lain adalah modal. Permodalan Bapak Untung
Subagyo cukup terbatas. Ini dapat dilihat dari peralatan yang dimiliki.
Peralatannya masih tradisional dan terbatas. Beliau hanya memiliki satu tobong
dan karyawannyapun masih sedikit yaitu sebanyak lima orang. Sebanarnya beliau memilki
keinginan untuk mengembangkan dan memajukan usaha ini, tetapi modal yang
menjadi kendalanya.
Untuk keluhan dari masyarakat sekitar, selama Bapak
Untung Subagyo yang mengambil alih usaha gamping tersebut belu ada warga
sekitar yang mengeluh. Hal itu dikarenakan dalam proses pembakaran batu gamping
dilakukan dibelakang rumahnya dan sekelilingnya terdapat banyak pohon, sehingga
polusi yang diakibatkan dari proses pembakaran batu gamping dapat
terminimalisir.
G. Pemasaran Batu Gamping
1. Modal Awal
Sebenarnya
jika baru mendirikan atau merintis usha batu gamping modalnya cukup besar, kata
Bapak Untung Subagyo. Karena beliau hanya melanjutkan usaha tersebut dari
peninggalan orang tuanya, maka modalnya hanya untuk membeli bahan-bahn yang
diperlukan. Dan peralatan yang diperlukan juga sudah ada sehingga beliau tidak
perlu membeli lagi.
2. Modal Setiap Kali Produksi
Setiap
kali melakukan produksi, Bapak Untung Subagyo memerlukan modal sekitar Rp
5.000.000,00. Modal tersebut untuk membeli bahan-bahan, gaji karyawan,
transportasi, dan lain-lain. Setiap kali produksi memerlukan bahan baku batu kapur sebanyak empat
rit, dan kayu bakar sebanyak tiga rit.
Batu
kapur satu ritnya dihargai Rp 180.000,00 dan kayu bakarnya satu rit Rp
700.000,00. Total untuk membeli bahan tersebut adalah Rp 2.820.000,00 belum
ditambah pembelian tanah liat, karet, gaji karyawan dan transportasi. Sehingga
total pembelian bahan baku
adalah Rp 5.000.000,00.
3. Pemasaran Batu Gamping
Dalam
hal pemasaran, Bapak Untung Subagyo tidak menjual batu gamping secara langsung
melainkan diambil oleh pengepul. Setiap satu ton batu gamping harganya Rp
400.000,00. Total Penjualan batu gamping sekali melakukan pembakaran adalah Rp
3.400.000,00.
Pendapatan
yang beliau peroleh tidak menentu setiap bulannya. Namun rata-rata pendapatan
beliau setiap kali melakukan pembakaran adalah kurang lebih Rp 700.000,00.
Sehingga dalam waktu satu bulan beliau memperoleh pendapatan sekitar Rp
2.100.000,00.
0 Response to "BAB II KARYA ILMIAH TENTANG GAMPING"
Post a Comment